ICAD 2025 'Earth Society': Seni & Desain Indonesia Respons Tantangan Bumi
Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) edisi ke-15 membuka portal magis 10 Oktober-9 November 2025 di grandkemang Hotel, Jakarta Selatan, dengan tema "Earth Society" yang lukis ulang dialog rapuh antara manusia dan bumi luka. Ruang lobi hotel bertransmutasi jadi kanvas hidup rancangan Trianzani Sulshi, di mana 50+ seniman-desainer seperti Yani Mariani Sastranegara ciptakan patung lanskap erosi yang bernapas, Ghea Panggabean rajut mode ekologis dari serat bumi, hingga karya monumental Susilo Bambang Yudhoyono dan Imam Buchori Zainuddin yang bisik sejarah dalam bentuk kontemporer. Lima kategori—Special Appearance, In Focus, Featured, Collaborations, Open Call—menyatu dalam simfoni instalasi interaktif, teknologi, dan kearifan lokal.
Tak sekadar pameran, ICAD 2025 adalah ritual kontemplasi: talks mendalam, film screening hipnotis, performance yang ajak "melambat" di tengah hiruk hiruk urban, sambil Festival Director Edwin Nazir tegaskan visi sejak 2009—jembatan seni ke Milan Design Week dan Venice Biennale. Kolaborasi lintas disiplin (seni, desain, perhotelan) hadirkan mosaik narasi ekologis: arsip desain bernyawa, tekstil yang ingat banjir, furnitur yang bisik pelestarian. Kemang (kode pos 12730) bangkit sebagai jantung kreatif, dorong ekonomi seni Indonesia menari di panggung global.
Source: Now Jakarta
"Earth Society" bukan manifesto, melainkan undangan sensorik untuk renungkan kolektivitas kita dengan alam—dari estetika rapuh hingga inovasi berkelanjutan yang definisikan ulang keberadaan. Pameran gratis ini hadirkan akses luas ke seni kontemporer responsif zaman, gabungkan narasi ekologis dengan estetika baru yang lahir dari krisis bumi. (RASYA)


Tidak ada komentar