Riset PKM-RE UMS: Minyak Biji Alpukat untuk Nanocarrier DNA pada Sel Kanker Payudara
Mahasiswa UMS kembali membawa angin segar di dunia riset lewat Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE). Kali ini, mereka mencoba menjawab persoalan besar terkait tingginya angka kanker payudara. Tim yang diketuai oleh Nadya Putri Adisty ini menggandeng mahasiswa Farmasi dan Kedokteran, dengan bimbingan Febrimarsa, S.Si., M.Sc., Ph.D., untuk mengembangkan ide inovatif yang akhirnya berhasil mendapatkan hibah dari Kemendiktisaintek. Mereka melihat bahwa kanker payudara masih menjadi ancaman serius, bahkan WHO mencatat jutaan kasus dengan angka kematian yang tinggi.
Berangkat dari kondisi tersebut, tim mulai mencari cara untuk membuat terapi gen jadi lebih efektif. Tantangan terbesar dari terapi ini biasanya ada pada bagaimana cara memasukkan DNA ke dalam sel kanker. Dari situ, muncul ide untuk memanfaatkan lipid nanocarrier dan pilihan mereka jatuh pada minyak biji alpukat. Selain sering dianggap limbah, biji alpukat ternyata mengandung banyak minyak dan senyawa lipid yang bisa membantu DNA menembus membran sel. Bahkan, kandungan bioaktifnya seperti flavonoid dan tanin juga bisa melindungi DNA agar tetap stabil selama proses penghantaran.
Melalui penelitian berjudul “Inovasi Minyak Biji Alpukat sebagai Lipid Nanopartikel Pembawa DNA terhadap Sel Turunan Kanker Payudara”, tim melakukan serangkaian riset di Laboratorium Biologi Fakultas Farmasi UMS. Mereka memulai dari penyiapan plasmid, pembuatan nanopartikel lipid, uji karakter fisik, hingga pengujian langsung pada sel kanker. Fokus utamanya adalah melihat apakah minyak biji alpukat benar-benar bisa berfungsi sebagai pembawa DNA yang efektif dalam terapi gen.
Dari program ini, tim berharap bisa menghasilkan bukti ilmiah bahwa minyak biji alpukat memang dapat digunakan sebagai nanocarrier DNA untuk sel kanker payudara. Selain riset utama, hasilnya nanti akan dituangkan dalam artikel ilmiah, laporan program, dan juga publikasi di media sosial penelitian mereka, @avogen.reums. Harapannya, inovasi ini bisa menjadi langkah kecil namun berarti dalam pengembangan terapi kanker yang lebih modern, aman, dan ramah lingkungan.
(CEUNAHH)
Tidak ada komentar