Srawung Sains UMS: Inovasi Sirkular untuk Tekan TBC dan Hadapi Krisis Iklim di Kawasan Rusun
Hallo CampusBrainers! Upaya pengendalian tuberkulosis (TBC) di kawasan hunian padat kini mendapat penguatan melalui program inovatif yang digagas dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Program bernama Srawung Sains: Community Innovation Hub ini hadir dengan pendekatan sirkular saintek inklusif, nudge, dan gamifikasi untuk mengurangi risiko penularan TBC di Rumah Susun Panularan Surakarta. Program ini juga sejalan dengan agenda Tera Saintek dari Kemendiktisaintek, menjadikannya langkah kolaboratif yang menyatukan isu kesehatan dan ketahanan iklim dalam satu gerakan terintegrasi.
Ketua tim, Dwi Linna Suswardany, SKM., MPH., menjelaskan bahwa risiko TBC dan risiko iklim di permukiman vertikal seperti Rusunawa I Panularan saling terkait—mulai dari ventilasi buruk, pencahayaan minim, hingga kebiasaan merokok yang memperparah paparan asap rokok. Tantangan ini semakin diperberat oleh suhu ekstrem yang mendorong warga lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan. Menjawab kompleksitas tersebut, Srawung Sains menghadirkan kolaborasi lintas disiplin yang melibatkan dosen dari berbagai bidang seperti arsitektur, teknik elektro, kesehatan masyarakat, hingga komunikasi untuk menciptakan intervensi yang benar-benar relevan dengan kebutuhan warga.
Melalui kolaborasi ini, Srawung Sains membangun lima prototipe kunci, antara lain ruang komunal bertenaga surya, dapur komunal hemat energi, smoking area yang aman, kebun herbal cerdas iklim (CSA-TOGA), hingga media nudging berbasis EAST framework untuk mendorong perubahan perilaku. Pendekatan “sains yang membumi” ini dirancang tidak hanya untuk mengurangi penularan TBC, tetapi juga meningkatkan kualitas udara, menurunkan ketergantungan listrik, dan memperkuat ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim. Proses perencanaan hingga evaluasi dilakukan secara ko-kreasi bersama warga, membuat program ini makin dekat dengan kebutuhan nyata mereka.
Program Srawung Sains diproyeksikan memberi dampak langsung bagi 96 kepala keluarga di Rusunawa I Panularan. Mulai dari pendampingan berkebun cerdas iklim, pemanfaatan energi surya, hingga edukasi kebiasaan sehat, seluruh upaya ini diharapkan dapat memperkuat ProKlim RW 3 dan menjadi model integrasi TBC–iklim yang bisa diperluas ke seluruh kota. Dengan dukungan pemerintah, akademisi, dan komunitas, Srawung Sains menjadi langkah bersama menuju permukiman yang lebih sehat, adaptif, dan tangguh menghadapi krisis iklim.
(IDAMAN)
Tidak ada komentar